Fenomena Kotak Kosong di Pilkada 2024, Ketua IWO Deli Serdang Rio Lubis Angkat Bicara
Deli Serdang || Infosumut.co
– Menanggapi maraknya fenomena calon tunggal yang melawan kotak kosong dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Deli Serdang, Rio Lubis, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi demokrasi di Indonesia.
“Ini merupakan tanda kemunduran demokrasi yang sangat serius. Masyarakat dipaksa untuk memilih antara satu calon atau kotak kosong, yang artinya pilihan tersebut tidak ideal. Seharusnya Pilkada menjadi ajang adu gagasan, bukan sekadar formalitas,” ujar Rio Lubis saat ditemui di kantornya, Rabu (4/9/2024).
Rio menyebutkan bahwa dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), terdapat 43 daerah yang hingga akhir Agustus 2024 hanya memiliki satu pasangan calon. Hal ini menunjukkan bahwa tren kotak kosong semakin meningkat, dan jika partai politik tidak mengalihkan dukungan dalam masa perpanjangan pendaftaran calon kepala daerah, jumlah kotak kosong pada Pilkada 2024 akan menjadi yang terbanyak dalam sejarah Indonesia.
“Kondisi ini tentu membahayakan demokrasi. Tidak ada kompetisi yang sehat, dan masyarakat hanya dihadapkan pada satu pilihan. Jika calon tunggal sering kali menang, kita harus mempertanyakan mekanisme politik di belakangnya. Ini bukanlah wujud demokrasi yang kita harapkan,” tambahnya.
Rio juga mengingatkan bahwa fenomena kotak kosong pertama kali muncul pada Pilkada 2015 dan semakin meluas dalam setiap penyelenggaraan Pilkada. Menurutnya, ini menjadi pertanda lemahnya partai politik dalam melakukan kaderisasi calon pemimpin di tingkat daerah.
“Pilkada yang melawan kotak kosong ini adalah bukti bahwa partai-partai politik lebih mementingkan kepentingan elit dan pemilik modal daripada mendorong kompetisi yang sehat. Krisis kepemimpinan di daerah semakin nyata, dan hal ini akan berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi,” jelas Rio.
Rio menegaskan, partai politik seharusnya mempersiapkan calon pemimpin yang kompeten dan bersedia bersaing secara adil. “Kita membutuhkan pemimpin yang lahir dari kompetisi yang sehat, bukan kemenangan yang diperoleh tanpa perlawanan,” tutupnya.
Demokrasi, lanjut Rio, adalah tentang pilihan dan kompetisi. Jika mekanisme elektoral tidak berjalan dengan baik, maka transisi kekuasaan akan menjadi sekadar formalitas, dan rakyat akan semakin apatis terhadap proses politik.
(Red)